Kamis, 23 Agustus 2007
Ganjaran Memuliakan Orang Tua
Alkisah, Nabi Sulaiman bersama seorang pembantunya dari bangsa jin melintas di atas lautan. Tiba-tiba ia menangkap suatu keanehan. Di bagian tertentu dari laut itu ombaknya lebih besar dari yang lain. Sejenak berhentilah Nabi yang menguasai bahasa binatang itu memeriksa penyebab keanehan tersebut. Didapatilah satu hal yang menakjubkan: di dasar laut yang ombaknya lebih besar itu terdapat satu rumah sederhana. Tampak di dalamnya sesosok pemuda sedang khusyuk sembayang.Kenapa pemuda itu bisa sampai ke dasar laut? Dahulu kala, pemuda itu adalah seorang anak yang saleh dan ia memiliki seorang ibu yang sudah sangat renta. Ibu itu tak berdaya lagi hingga hidup dan urusan kesehariannya tergantung sepenuhnya pada si anak. Makan, mandi, buang air dan sebagainya. Si anak sama sekali tak mengeluh merawat ibunya. Waktunya sendiri memang telah ia sediakan khusus merawat sang ibu, selain untuk beribadah, bekerja dan beristirahat. Demikianlah sampai sang ibu menjelang kematiannya. Saat Izroil siap menjalankan tugasnya, sang ibu tua itu berdoa."Ya Allah, atas nikmat-Mu aku mendapat anak saleh. Mak aku mohonkan pada-Mu memuliakannya. Tempatkanlah ia di satu tempat yang bukan di luasnya daratan atau bukan pula di udara yang membentang," ujarnya dengan haru seraya memejamkan mata untuk selama-lamanya.Doa ibu yang lahir dari kedalaman jiwa itu terkabul. Allah SWT membangun satu tempat spesial di dasar laut yang diisi kebahagiaan dan nikmat ketenangan untuk si pemuda. Di sana hari-hari si pemuda tinggal dihabiskan untuk mengingat Allah dan sujud pada-Nya sampai kiamat tiba. Satu tempat mulia yang mungkin hanya ada satu di dunia.Begitulah posisi orang yang memuliakan orangtuanya. Tak ada ganjarannya selain kemuliaan pula. Makanya, terdapat banyak sekali peringatan dari Al-Quran maupun sabda Nabi SAW agar kita memuliakan orang tua. Jikalau kebetulan orang tua kita berbeda akidah sekalipun, kewajiban memuliakannya tak jadi gugur karenanya.Nabi SAW sendiri walaupun tak sempat merasakan kasih sayang ayah, dan hanya sekejab merasakan belaian ibu, tak pernah henti mendoakan mereka berdua. Dengan tekanan keras beliau mengingatkan umatnya agar tidak sekali-kali membuat orangtua murka. Murka mereka adalah murka Allah jua, sebagaimana rida Allah juga tergantung pada rida orangtua.Kita dan orangtua kita berada dalam satu hubungan mulia yang telah digariskan Allah. Sedemikian mulia hubungan itu, hingga kata 'ah' sekalipun tak boleh masuk di dalamnya. Waallhu a'lam.[Alkisah 9/26 April-9 Mei 2004]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar