Selasa, 04 Desember 2007

Ketika Allah Gembira

“Bertaubatlah kamu semuanya kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kamu sekalian berbahagia.”
[QS An-Nuur 31]

Pernahkah kita berpikir tentang momen penting dimana justru Allah swt-lah yang berbahagia?

Di tengah gurun yang tandus setiap butir pasir nya menguapkan hawa panas, tampak seorang musafir kebingungan berlari kesana kemari. Matanya menatap jauh. Keringatnya sedari tadi sudah kering. Panas matahari membuat kulit bibirnya terkelupas. Musafir itu mulai berpikir tentang akhir hidupnya. Kematian akan menjemput karena onta yang membawa semua perbekalannya tak kuasa ia temukan. Di saat itulah matanya samar-samar menangkap bayangan berjalan. Ia songsong bayangan itu. Semakin dekat, seman dekat. Seperti terbius ia lalu berlari kencang dan memekik senang. Untanya ditemukan!
Demikanlah ilustrasi indah yang diutarakan Nabi saw untuk menggambarkan kebahagiaan Allah swt. Kebahagiaan yang bukan hanya besar kadarnya tapi juga mengharukan. Allah swt berbahagia setiap kali hambanya memanjatkan taubat. Setiap taubat yang melintasi langit dan menyentuh Arsy-Nya. Dia sambut dengan kegembiraan seorang musafir yang bertemu kembali dengan untanya di padang pasir.
“Sungguh! Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seorang di antara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah-tengah padang sahara.” [Bukhari Muslim dari Anas bin Malik]
Seorang sufi menghabiskan hampir seluruh hidupnya agar dapat merasakan kehadiran Allah swt di dunia dan akhirat. Impian mereka tidak hanya di wilayah ruhani tapi juga materi. Para sufi menginginkan meliahat wajah Allah swt di surga kelak. Dan hanya kepada hamba-Nya yang bertaubatlah akan diperlihatkan wajah-Nya sebab si hamba telah membuat-Nya berbahagia.
Ada tiga syarat yang disepakati ulama agar taubat seorang hamba diterima. Pertama, orang itu harus langsung menghentikan dosa itu seperti seorang pemuda yang meninggalkan perempuan cantik yang telah ada di ranjangnya. Kedua, menyesal sepenuhnya. Ketiga, berketetapan hati tak akan mengulanginya. Inilah komitmen pasca taubat. Jika perbuatan dosa itu diulangi, taubat gugur karenanya. Ketiga syarat ini menjadi standar derajat tertinggi yaitu taubatan nasuha.
Kebahagiaan Allah swt tentulah bukan kebahagiaan satu arah. Dia-lah Tuhan yang menyambut hamba yang berjalan ke arah-Nya dengan berlari. Karenanya, seorang hamba yang bertaubat akan memperoleh anugerah kebahagiaan tak terkira dari Allah swt. Garansinya yaitu surat An-Nuur di atas. Kita bertaubat dan kita jugalah yang berbahagia. Tak perlu dirincilah kebahagiaan macam apa yang akan diraih. Kita tak akan mampu membayangkannya.
Jangan pernah takut taubat kita tak akan diterima. Pintu taubat adalah pintu yang maha besar. Pintu itu senantiasa terbuka menerima taubat. Tidak akan ditutup sampai matahari terbit dari sebelah barat (kiamat).
Maka jika hari ini ada seseorang berjalan ke pintu itu dengan segenap hatinya, itulah hari ketika Allah swt berbahagia.


Tidak ada komentar: