Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[Al-Baqarah 261]
Dikisahkan dari hikayat orang-orang mulia yaitu Hasan, Husen dan Abdullah Ibnu Ja’far. Mereka bertiga sepakat untuk ke Makkah untuk berhaji. Namun mereka tidak membawa bekal apapun. Alhasil, belumjauh mereka berangkat, rasa haus dan lapar pun menghadang perjalanan yang masih sangat jauh itu.
Di tengah terik dan panasnya matahari rasanya tak mungkin melanjutkan perjalanan. Tidak sengaja di depan mereka lewat seorang nenek tua yang tengah menuntun seekor kambing. Saking dahaga dan laparnya, mereka bertiga meminta air susu kambing gemuk itu. Nenek tersebut ternyata baik hati sehingga memeras sendiri susu kambingnya dan memberikannya untuk mereka bertiga. Tidak Cuma itu, si nenek pun memotong kambing yang cuma satu-satunya itu memasak lalu mempersembahkannya kepada Hasan, Husen dan Ibnu Ja’far.
Beberapa tahun kemudian tanpa diduga si nenek berpapasan dengan Hasan bin Ali ra di kota Madinah. Hasan masih ingat betul wajah orang yang menyelamatkannya dari kelaparan, tak mungkin ia lupa akan kebaikan si nenek. Tanpa basa-basi, nenek tersebut diberikannya 1000 ekor kambing plus uang seribu dinar.
Oleh Hasan, nenek yang masih terbengong-bengong karena hadiah yang diterimanya, dibawa menghadap saudaranya, Husen. Oleh Husen nenek itu diberi lagi seribu kambing dan seribu dinar. Si nenek semakin takjub bercampur bahagia menerima hadiah sebanyak itu. Lalu Husen membawanya ke Ibnu Ja’far.
Untuk ketiga kalinya, si nenek malah diberi 2000 kambing dan uang 2000 dinar. Semakin bertambah keharuan nenek menerima hadiah demikian banyaknya. Ia bersyukur kepada Allah karena kini ia telah menjadi hartawan. Hartawan yang dermawan tentunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar