Kamis, 06 September 2007

Cockpit Airbags System

Boleh jadi, kali ini dunia penerbangan yang mencontek teknologi otomotif. Kalau sebelumnya sebaliknya, seperti penerapan prinsip aerodinamika dan penggunaan sasis mobil balap F1 dari bahan yang sama untuk rangka pesawat terbang. Maka kali ini, Pentagon bekerjasama dengan Federal Aviation Administration (FAA) tengah menguji coba keampuhan kantong udara (air bags) dalam menekan jumlah korban heli tempur AS seperti McDonnell Douglas AH-64 Apache, AH-1 Huey Cobra, dan Sikorsky S-70 Blackhawk.
Menurut survei yang dilakukan US Army Aeromedical Research Laboratory di Fort Rucker, Alabama, 128 personelnya terbunun dan 26 lainnya mengalami cacat seumur hidup gara-gara kecelakaan helicopter antara 1984-1992. Dalam lima dari enam kejadian, cedera disebabkan hantaman struktur pesawat ke tubuh kru. Cedera kepala paling menonjol diantaranya. Kembali menurut survei, stik kendali dituding sebagai penyebab paling dominant bagi keselamatan pilot. Namun tiap heli punya keunikan. Sebut saja Cobra. Teleskop pembidiknya (TSU) yang berada persis di depan gunner, justru ‘pembunuh’ bagi operatornya sendiri.
Karena itulah, berawal kepedulian terhadap nyawa prajuritnya, Pentagon mengadopsi teknologi kantong udara yang disebut Cockpit Airbags System (CABS). Diperkirakan oleh laboratorium medis AD AS, CABS sepertinya akan mampu menekan jumlah korban jiwa seperti yang ditunjukkan Simula Government Products, sebuah industri airbags yang kesohor, yang mampu menyelamatkan 10 nyawa selama 3 tahun.
Sama halnya dengan airbags mobil, CABS terdiri dari tiga bagian : depan, samping kiri, dan samping kanan. Bagian sisi disebut paling kritis. Pasalnya sudah jadi tipikal helicopter akan berguling setelah jatuh (vertical crash). Sekali lagi dicontohkan Cobra, airbags-nya akan ditaruh di bawah TSU. Kantong sampingnya akan disimpan di bawah permukaan, di sisi panel senjata.
Namun begitu, banyak perbedaan antara heli dan mobil yang tidak bisa dikompromikan. Baik sruktur, wilayah beroperasi, sistem, hingga pola jatuhnya. Sebagai pesawat tempur, heli sangat rentan terhadap hard landing, turbulensi, atau tembakan dari bawah. Karena itu, sensor heli mesti peka dan mampu dengan cepat mendeteksi tanda-tanda bencana. Untuk membuktikan keandalan CABS menekan jumlah korban dalam sebuah misi tempur, pihak militer memerintahkan 12 kali uji coba di simulator tempur Apache. Hasilnya sejauh ini cukup menggembirakan, karena tidak seorangpun penerbang selama tes mengalami kehilangan control.
Kesimpulan sementara, CABS mampu menyelamatkan pilot dengan menekan cedera berat di bagian kepala hingga 80% dan menurunkan standar cedera kepala (HIC) hingga 75%. Alhasil, pengujian masih akan terus berlangsung, hingga Pentagon bakal memutuskan 4000 heli yang dioperasikan AD AS harus menginstal CABS.

Angkasa no5 Februari 2003 thXIII

Tidak ada komentar: