
Bgaimana UCAV (unmanned combat aerial vehicle) sepanjang 9m dengan rentang sayap 16m ini bisa mengunci sasaran? Seperti diungkap pabrik pembuatnya, General Atomics-Aeronautical Systems Inc., sistem Predator terdiri atas tiga bagian penting. Satu, berupa wahana pesawatnya sendiri; dua, unit stasiun control darat (ground control) berikut ‘pilot khususnya’nya; tiga, sub-sistem satelit sebagai penebar data ke semua penjuru.
Kerja Predator sendiri mirip pesawat remote control. Bedanya, mesin pesawat serta avionik sudah dipercanggih, serta unit pengontrolnya sudah sudah jauh diperbesar. Sedemikian komplit dan canggihnya, unit pengontrolnya harus dibawa dalam sebuah truk trailer. Pengendalinya dua orang, satu sebagai pilot virtual, sementara yang lain sebagai operator muatan. Artinya penembakan Hellfire adalah tanggung jawab orang kedua tadi.
Predator bisa terbang sampai 40 jam, dengan radius 400 mil laut, dan mencari sasaran dari ketinggian 25.000 kaki. Matanya yang tiga jenis-kamera video, penjejak radar, dan FLIR-amat jeli, sehingga banyak objek bergerak tak

Kendali terbang dipandu gelombang radio (UHF/VHF), sementara komunikasi data melalui jalur Ku-Band. Kualifikasinya adalah data wilayah lawan terbaru (real time). Semua itu akan dikirim kontinu ke prajurit garis depan maupun komandan lapangan lewat satelit komunikasi untuk keperluan takti tempur. Jangkauannya luas, sehingga para penentu kebijakan yang bermarkas di belahan bumi lain pun bisa ikut menikmatinya.
AS punya 60 unit yang dioperasionalkan Skuadron Intai ke-11 dan ke-15, sementara AU Italia punya 6 unit. Keandalannya sudah teruji, karena baik di Bosnia (1995) dan di Afghanistan, ia selalu sukses mencuri gambar. Kini, dengan Hellfire, ia memang penebar teror yang mengerikan.
Angkasa no3 Desember 2002 thXIII dengan pengeditan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar